Senin, 21 Juni 2010

BE A TRUE LEADER

Bagaimana menjadi pemimpin sejati ?
1. Bekerja dengan semangat Yesus sendiri
“Hendaklah anda mulai mengerjakan tugas dengan semangat Yesus Kristus sendiri. Untuk maksud ini hendaklah anda menghormati kebijaksanaan, kewaspadaan, kelembutan, dan kecermatan Yesus sendiri.”
(SV I, 175 – 28 Nopember1632)
Inilah yang menyemangati kita dalam tugas perutusan menjadi pemimpin yang sejati. Pemimpin sejati berarti pemimpin yang berani berkorban dan berjuang demi kelayakan orang lain, peduli pada sesama dan lingkungan serta berani menanggung resiko terhadap segala keputusan yang diambil. Berjiwa demokratis tanpa meninggalkan nilai nilai kasih

2. Yesus Kristus sebagai Pedoman
“Tuhan kita Yesus Kristus yang telah memanggil kita untuk meneladani cara hidupNya, akan memberi kita bagian pada semangatNya dan akhirnya pada kemuliaanNya juga.”
(SV III, 203 – 15 Juni 1647)
Pemimpin sejati berpedoman pada ajaran Kristus sebagai konsekuensi sakaramen babtis yang telah kita terima. Dengan meneladan cara hidup Kristus dan para muridnya kita dapat memimpin / melayani anggota demi cita-cita bersama.

3. Rahasia hidup rohani
“Sungguh inilah rahasia hidup rohani yaitu meninggalkan segala sesuatu yang kita cintai dan menyerahkan diri kita sendiri kepada kehendakNya dengan keyakinan mutlak bahwa dalam segala hal akan terjadi yang terbaik.”
(DBSV III, 145-SV VIII, 225-3 maret 1660)
Pemimpin sejati tekun dalam doa dan memiliki spiritualitas yang tinggi, sebagai benteng diri dari segala ancaman, godaan yang terjadi baik dalam diri maupun dari luar diri, terus berjuang dan menyerahkannya pada Sang Pencipta

4. Siap siaga menghadapi segala kemungkinan
“Kita harus menyesuaikan diri dengan kehendak Allah baik dalam situasi yang merepotkan maupun situasi yang menyenangkan yang terus saling berganti. Karena itu dari kita dibutuhkan sikap siap siaga untuk segalanya dan sikap tidak terikat sama sekali pada diri kita sendiri.”
(DBSV III, 39 – SV IV, 280 – 29 Nopember 1651)
Pemimpin sejati selalu siap dalam segala tugas dan wewenangnya, tanpa ada unsur memaksa, bekerja dengan pikiran dan hati yang bersih, memahami kelemahan dan kekuatan yang ada dalam diri organisasi dan para anggotanya.

5. Janganlah tergesa untuk memutuskan dan bertindak
“pertimbangkan segalanya dihadapan Tuhan… manfaatkan waktu untuk menimbang-nimbang dengan matang… dan ikuti langkah demi langkah Penyelenggaraan Ilahi.”
(SV II, 206-208 – 7 Desember)
Pemimpin sejati senantiasa berfikir secara arif dan diperhitungkan segala kemungkinan yang terjadi, dengan demikian keputusan yang diambil tidak bersifat spontan dan gegabah, karena apa yang diputuskan menyangkut kepentingan banyak orang. ( Sabdo pandeto ratu )