Kamis, 10 September 2009

VINSENSIUS GURU DAN SAHABATKU


” Jangan mengira bahwa kalian luput dari kewajiban berkarya demi keselamatan orang-orang miskin, karena kalian juga dapat melakukannya sesuai dengan keadaan kalian ”.

Keprihatinan pokok Vinsensian ialah mewartakan injil keselamatan yang integral kepada orang miskin. Keprihatinan pokok inilah yang menjadi poros spiritualitas Vinsensian sebagaimana diyakini dan dilaksanakan oleh Santo Vinsensius dan para pendiri tarekat dan organisasi Vinsensian. Keprihatinan pokok ini juga yang seharusnya menjadi orientasi hidup dan karya kita sebagai para pengikutnya.
Sementara dunia yang kita injak mengalami kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memudahkan prilaku manusia dalam segala bidang ; komunikasi, trasportasi, produksi, pendidikan, dll Akan tetapi permasalahan kemiskinann bukannya bertambah kecil, krisis finansial global terjadi berkali-kali, jutaan orang terkena PHK, bencana alam bertubi-tubi karena ulah manusia, dll. Lalu apa yang bisa kita lakukan sebagai vinsensian ?
Sementara itu lembaga formal yang kita miliki kurang optimal dalam melihat permasalahan kemiskinan yang ada, mungkin kita sudah banyak terlibat terhadap permasalahan yang ada dan kita sudah memikirkan penananaman nilai Vinsensian namun kita masih bingung bagaimana merumuskannya dalam kurikulum dan modul yang praktis. Tidakkah kita melihat bahwa sekolah sebagai peluang untuk mendidik orang –orang dan anak-anak yang solider dengan sesama terlebih yang lemah dan miskin. Ataukah kita sudah puas ikut hanyut hanya memperhatikan mutu akademis/ intelektual , tanpa sadar ikut terseret dalam arus pasar global yang sangat menekankan kompetitif dengan meninggalkan solidaritas ?. Kita sudah menggerakkan sekolah kita dalam pengumpulan dana ataupun natura untuk membantu orang miskin atau kurban bencana alam. Cukupkah ini ?
Dari kenyataan ini maka muncullah Forum Pendidikan Vinsensian; yaitu diperuntukkan bagi anggota keluarga Vinsensian yang menjadi praktisi pendidikan persekolahan, baik yayasan atau langsung persekolahannya . FPV merupakan wadah bagi praktisi pendidikan Vinsensian untuk saling memperkaya dan memperdalam pemahaman nilai-nilai Vinsensian serta dapat sebagai penggerak solidaritas lewat bidang pendidikan.
Bagaimana pendidikan menurut tradisi Vinsensian ? Santo Vinsensius dan Santa Louisa menyakini bahwa pendidikan itu adalah pemanusiaan, menyadarkan manusia akan martabatnya yang luhur dihadapan Tuhan dan sesama, serta membekalinya untuk ambil bagian aktif dan bermartabat dalam masyarakat
Tampak dari sikap dan pemahaman SV dan SLM terhadap manusia terutama rekannya dalam karya belas kasih, SV membentuk organisasi Persaudaraan Kasih ( kini AIC ) di Chatillon les Dombes ( 23 Agustus 1617 ) untuk menanggapi kebutuhan orang miskin dan yang sakit terlantar. SLM juga banyak terlibat dalam kunjungan dan pembinaan AIC di berbagai tempat dengan mendidik gadis miskin. ( salah satu karya utama PK ). Beberapa visi dari Santo Vinsensius yang perlu kita refleksikan adalah percaya pada Penyelenggaraan Ilahi, sederhana dan tulus, rendah hati, percaya akan kehadiran Allah, lemah lembut, mati raga, dan terdorong untuk mengasihi sesama demi keselamatan jiwa.
Bagaimana pandangan Vinsensius tentang Allah ?
Allah adalah Bapa yang Maha Pengasih dan Penyayang, Pencipta dan bekerja giat untuk menyelenggarakan dunia ini dengan segala isinya dan mengajak manusia untuk ikut ambil bagian dalam hidup dan karya-Nya serta hidup dan bekerjasama dalam persekutuan, sebagaimana Allah Tritunggal .
Bagaimana kita dapat mulai menanamkan nilai-nilai Vinsensian ?
Santo Vinsensius bukanlah pekerja sosial, ia adalah orang Kudus sejati. dasar hidup dan tindakannya adalah Penyelenggaraan Allah yang berbelas kasih. Karena itu untuk menanamkan nilai Vinsensian kita perlu menyiapkan ”tanahnya” yakni hati yang religius. Dengan demikian kita perlu memupuk religiusitas pada murid-murid kita apapun agamanya, religiusitas yang didasari keyakinan akan Allah yang berbelas kasih dan senantiasa peduli pada manusia ( terutama KLM ) .
Kita juga perlu menanamkan bagaimana berdoa dan meditasi dengan langsung mengajak murid untuk berjumpa, mengenal, dan melayani orang miskin. Dari sini mereka akan merasakan secara langsung akan Allah Sang Penyelenggara Ilahai yang penuh belas kasih. Karena menurut SV orang miskin adalah tuan dan guru kita.
Di sekolah kita spiritualitas Vinsensian berada persis di jantung hatinya, karena berfungsi menghidupi, menggerakkan, memberi arah tujuan dan makna pada seluruh aktifitas pembinaan. Kunci spiritualitas Vinsensian ialah semangat dan perutusan Kristus sendiri : ” evangelizare pauperibus misit me ” ( Aku diutus untuk mewartakan Kabar Gembira bagi kaum miskin ).
Bagaimana Pembinaan terintegratif di sekolah kita ?
Pembinaan terintegratif berarti, Spiritual Vinsensian menjiwai, menggerakkan, mengarahkan, semua bentuk pembinaan yang ada di sekolah, dan menjadi tolok ukur untuk mengevaluasi :
a. arah pembinaan rohani ( ibadat, retret, rekoleksi, karya karitatif dan misioner ),
b. arah pembinaan kepribadian
c. arah pembinaan intelektual ( Mata pelajaran intra dan ekstra kurikuler )
Tema-tema pembinaan dapat meliputi : solidaritas, hormat pada martabat manusia, mengasihi orang miskin, kasih yang afektif dan efektif, kejujuran, kerendahan hati, kelembutan, pengendalian diri, mawas diri, belas kasih, memerangi kemiskinan, berdamai dengan sesama, kebebasan, kesetaraan jender, dsj.
Tema setiap bulan dapat dikembangkan dalam bentuk program pembinaan sesuai dengan katagori murid-murid yang kita dampingi yang penting mangacu pada spiritualitas Vinsensian, antara lain dengan bentuk program :
• Penciptaan suasana lingkungan sekolah : pembuatan dan pemampangan tulisan tema, mading
• Ibadat, misa, doa-doa harian
• Live –in dan eksposur
• Rekoleksi, Retret
• Melalui mata pelajaran intra dan ekstra kurikuler
• Seminar, ceramah
• Aksi sosial, dll
Kepribadian pokok Vinsensian ialah mewartakan Injil keselamatan yang integral kepada orang miskin dan dalam segala aktifitas program sekolah. Kepribadian pokok inilah yang menjadi spiritualitas vinsensian sebagaimana yang diteladankan Santo Vinsensius dan para pendiri tarekat dan organisasi Vinsensian .Bagaimana anak didik dapat memiliki karakter yang membuatnya semakin manusia dan bagaimana kita satu sama lain dapat saling membantu agar menjadi manusia utuh. Tugas ini yang harus kita emban selaku pengikut Vinsensius dan Louisa , setuju...semoga terjadi. GBU

Terinspirasi dari :

1. Forum Pendidikan Vincentian oleh Rm Sad Budianto, CM
2. Katekismus Pendidikan Vinsensian oleh Rm Sad Budianto, CM
3. Pembinaan Spiritualitas Vinsensian di Sekolah kita oleh Rm Ev.E.Prasetyo, CM
4. Mencari Paradigma Pendidikan Vinsensian oleh Rm Ev.E.Prasetyo, CM
5. Hasil pertemuan Forum Pendidikan Vinsensian, Prigen 14 – 16 Agustus 2009
( *) Ketua Pembiasaan Vinsensian Yayasan St Louisa

1 komentar:

Yang Kung mengatakan...

untuk menjadi sahabat dan guru yang baik,bukan kehebatan yang kita cari-tetapi karya2 nyata dan semangat kerendahan hati.

sebab seseorang yg rendah hati akan semakin kasih kpd sesamanya.