Santa Louisa de marillac
Cast :
Santa
Louisa de Marillac
Ayah
Santa Louisa
Ibu
Santa Louisa
Antonius
Legras (suami Santa Louisa)
Santo
Vincentius a Paolo
Gadis-gadis
anggota Tarekat Putri-putri Kasih
Martin
Ibu
Martin
Lagu yang
digunakan :
- Ayahanda Tercinta
- Sebutir Nasi
- Era Harmonis
- Senandung Kasih Bunda
- Bunda Paling Mengasihiku
Drama
Part 1
Narasi
: Beberapa abad yang lalu, di sebuah rumah di salah satu pelosok Paris,
hiduplah sepasang suami istri yang bahagia. Mereka berdua dikaruniai seorang
putri yang cantik, yang diberi nama Louisa de Marillac. Mereka bertiga hidup
damai dan bahagia, hingga suatu hari, saat Louisa masih berusia 3 tahun, sang
ibu meninggal dunia. Kesedihan pun datang pada keluarga itu. Bahkan Louisa yang
masih berusia 3 tahun pun bisa merasakannya.
(Adegan
sebuah keluarga kecil tertawa bahagia. Dilanjutkan dengan sang ibu terbaring
sakit hingga dimakamkan.)
Narasi
: Sepeninggal istrinya, sang suami berusaha mengurus Louisa sendiri. Walaupun
lelah, sebiasa mungkin sang suami berusaha membuat Louisa tidak kekurangan
suatu apapun.
(Adegan
sang ayah sibuk membuatkan makanan Louisa, menyuapi, memandikan dll.)
Narasi
: Namun sayangnya, apapun yang dilakukan sang ayah, tetap tidak bisa membuat
kenyataan berubah. Demi kelangsungan hidup mereka berdua, sang ayah tahu dia
harus bekerja dan meninggalkan Louisa di jam-jam kerjanya. Sang ayah resah. Dia
terus-terusan berpikir tentang apa yang harus dia lakukan agar Louisa tetap
terjamin kebutuhannya walaupun dia bekerja. Setelah berpikir berhari-hari, sang
ayah menemukan jawabannya. Dia harus segera menemukan ibu pengganti untuk
Louisa. Akhirnya sang ayah menikah dengan seorang janda yang sudah memiliki 4
orang anak.
Ayah : “Louisa… Kemarilah!”
Louisa : (Louisa yang sedang bermain langsung mendatangi
ayahnya dan memeluknya)
Ayah : “Sayang, mulai hari ini, kamu tidak akan
lagi kesepian saat ayah kerja. Mulai hari ini, kamu akan mempunyai ibu baru dan
saudara-saudara baru.”
Louisa : “Iya, ayah. Louisa sayang ayah.”
Ayah : (memeluk Louisa erat) “Ayah juga, sayang.
Ayah sayang sekali padamu.”
( Lagu :
Ayahanda tercinta )
Narasi
: Kehidupan Louisa ternyata tidak membaik usai sang ayah menikah. Sang ibu tiri
terlalu sibuk mengurusi anak-anak kandungnya sehingga sama sekali tak punya
waktu untuk Louisa.
(Louisa
membawa buku cerita pada ibu tirinya. Ibu tirinya mengambil buku itu, mengajak
Louisa ke sudut dan membuka buku itu lalu meninggalkan Louisa untuk mengurus
anaknya yang lain. Louisa hanya bisa menatap buku dan ibu tirinya bergantian)
Narasi
: Louisa menjalani masa kecilnya dengan
penuh kesepian. Bertahun-tahun kemudian, saat Louisa kecil beranjak remaja,
Louisa akhirnya dikirim ke asrama. Di asrama, baru Louisa merasakan kehidupan
baru yang lebih menenangkan hatinya.
Part 2
Narasi
: Santa Louisa mulai merasakan kehidupan di asrama. Setelah beberapa lama,
Santa Louisa merasakan adanya panggilan untuk mengabdi, tapi entah kenapa,
kesehatan Santa Louisa justru memburuk sehingga terpaksa Santa Louisa
memutuskan untuk keluar dari asrama. Beberapa tahun kemudian, Santa Louisa
bertemu dengan pemuda bangsawan bernama Antonius Legras. Mereka menikah dan
mempunyai seorang anak tepat delapan bulan kemudian. Santa Louisa dan suami
merasa sangat bahagia dan merasa sangat terberkati.
(adegan
Santa Louisa melahirkan, lalu suami menggendong anak mereka dan
memperlihatkannya pada Santa Louisa)
Antonius : “Lihatlah, anak kita begitu sehat dan
lucu.”
Louisa : (tersenyum bahagia) “Kau benar.
Dia sangat tampan.”
Antonius : “Ini jelas merupakan hadiah terindah
untuk kita.”
Louisa :
(tersenyum sambil mengangguk setuju) “Aku merasa sangat terberkati.”
Antonius : “Aku juga merasa begitu. Dan kita
harus berusaha keras untuk mendidik
hadiah ini, agar kelak dia bisa menjadi
berkah bagi orang lain, seperti dia
menjadi berkah buat kita.”
Louisa : “Amin… Tuhan memang paling
mengasihi kita.”
( Lagu : Bunda
Paling Mengasihiku )
Part 3
Narasi
: Setelah menikah dan mempunyai anak, Santa Louisa merasakan kebahagiaan yang
dalam. Namun dalam kebahagiaannya, Santa Louisa menyadari ada yang kurang
sempurna di hatinya. Setelah merenung beberapa saat, Santa Louisa tahu apa yang
membuatnya tidak bisa merasakan kebahagiaan secara mutlak. Akhirnya, demi
mencapai kebahagiaan mutlaknya, Santa Louisa mengajak sang suami bicara.
Louisa : “Bolehkah aku meminta sesuatu?”
Antonius : “Apa itu? Kalau memang aku bisa
mengabulkannya, kenapa tidak?”
Louisa : “Aku ingin terjun langsung dalam
menolong orang-orang miskin dan sakit
yang ada di sekitar kita. Tapi kamu tenang
saja, aku janji aku tidak akan
melupakan tanggung jawabku sebagai istri dan
ibu.”
Antonius : “Apa kamu yakin akan melakukan itu?
Itu semua akan menguras waktu dan
tenagamu.”
Louisa : “Untuk apa kita hidup kalau tidak
bisa berguna bagi sesama. Aku justru akan
menyia-nyiakan waktu, tenaga bahkan hidupku
jika hanya berpangku tangan
melihat penderitaan di sekitarku.”
Antonius : “Kalau memang dengan begitu kamu bisa
lebih bahagia, lakukanlah.”
Louisa : “Terima kasih, suamiku.”
(Kedua
pasangan suami istri saling tersenyum pengertian)
Narasi
: Berbekal restu dari sang suami, Santa Louisa mulai aktif terjun dalam
kegiatan-kegiatan amal utamanya untuk mengentas kemiskinan dan membantu orang
sakit. Sekalipun pernah terjun langsung dalam kegiatan-kegiatan amal
sebelumnya, kehidupan kaum papa selalu mampu membuat Santa Louisa trenyuh.
Misalnya saja masalah kelaparan. Kaum miskin yang dibantu Santa Louisa
benar-benar kasihan. Untuk makan sehari sekali saja, mereka belum tentu bisa.
Memikirkan hal itu membuat Santa Louisa sedih. Sering kali Santa Louisa
memikirkan apa yang bisa dilakukannya untuk membantu mereka, bahkan saat Santa
Louisa berkumpul dengan anak dan suaminya.
(adegan
Santa Louisa sibuk membantu menyiapkan makanan dan sebagainya untuk kaum papa.
Saat akan masuk narasi akhir, adegan Santa Louisa menidurkan anak sambil
melamun. Tak lama kemudian, Antonius datang dan bicara pada Santa Louisa)
Antonio : “Apa yang sedang kau pikirkan?”
Louisa :
“Hmm, tidak apa-apa. Aku hanya sedih mengingat banyaknya orang yang
miskin luar sana. Mereka bahkan tidak punya
beras sama sekali untuk
dimakan. Berbeda sekali dengan keadaan kita.
Terkadang, makanan yang
disajikan untuk kita bahkan tidak termakan
habis.”
Antonio : “Aku mengerti. Tapi yakinlah, kamu
sudah melakukan yang terbaik untuk
membantu mereka.”
Louisa : (mengangguk lemah) “Aku bersyukur
diberi kesempatan untuk membantu
mereka. Keadaan mereka semakin membuat
mataku terbuka. Mulai hari ini,
aku akan melarang adanya pembuangan makanan
sisa, utamanya nasi.
Masak secukupnya untuk makan, itu yang
paling baik.”
( Lagu : Sebutir
Nasi )
Narasi :
Bukan hanya masalah kelaparan yang membuat Santa Louisa trenyuh. Orang-orang
sakit yang rata-rata tidak mempunyai biaya berobat, seringkali membuat Santa
Louisa menangis dalam hati. Apalagi jika yang sakit adalah anak kecil yang tak
berdosa. Seperti Martin, seorang anak berusia 8 tahun, yang menderita penyakit
kulit akut, seluruh kulit di tubuhnya rentan mengelupas bila terkena sentuhan.
Benar-benar menderita.
Martin :
(bicara dengan suara lirih) “Rasanya aku ingin mati saja, Suster. Seluruh
tubuhku
sakit tak tertahan.”
Louisa :
“Kamu tidak boleh bicara seperti itu. Sesungguhnya, sakit dan pedih yang
memaksaku untuk mencari Tuhan. Di dalam
penderitaan yang kita alami sebenarnya
Tuhan meminta kita untuk ambil bagian dalam
penderitaan yang dialami oleh
Putera-Nya, yaitu
Tuhan kita, Yesus Kristus.”
Martin : “Apa aku masih bisa sembuh, Suster?”
Louisa : “Tuhan dapat dan akan membebaskan kita dari apa pun yang
mengancam kita, kalau
kita sendiri juga merindukannya. Jika kita
sendiri menghendakinya, Ia akan
memberikan banyak
cara, yaitu rahmat yang dicurahkan oleh kebaikan-Nya tanpa
henti-hentinya.”
Martin :
(tersenyum lemah) “Aku percaya, Suster.”
Narasi : Santa Louisa sangat percaya pada Tuhan. Dia begitu percaya kalau Tuhan
pasti bisa menyembuhkan penyakit anak. Namun saat suatu pagi Santa Louisa
mendapat kabar bahwa Martin meninggal, Santa Louisa sadar, Tuhan punya rencana
yang lebih baik untuk Martin yang belum berdosa.
(Santa Louisa berjalan seperti biasa saat tiba-tiba seorang gadis membisikinya
sesuatu. Saat mendengar berita tersebut, Santa Louisa terkejut, menangis,
menyeka air mata lalu buru-buru ke kamar Martin. Di kamar Martin, Martin sudah
terbujur kaku di ranjang sementara ibunya memeluk anaknya sambil menangis
tersedu)
Ibu :
“Anakku, jangan tinggalkan Ibu…”
Louisa :
“Jangan bersedih, Bu, justru berbahagialah karena dia sudah bersatu dengan
Allah.
Kita yang sekarang perlu menyiapkan diri
agar layak dan mampu bersatu dengan
Allah. Perhatikanlah
untuk tidak mempercayai diri sendiri dan menyerahkan
harapan Anda kepada
Tuhan lebih-lebih karena Anda tahu Anda lebih cenderung
berbuat kejahatan
daripada kebaikan.”
Ibu :
(memeluk St. Louisa sambil menangis sesegukan)
Part 4
Narasi
: Tanpa terasa, hari berganti bulan dan bulan berganti tahun. Santa Louisa
semakin giat melayani orang-orang yang membutuhkan bantuannya. Suatu ketika, pada
hari Pantekosta, tepatnya tahun 1923, Santa Louisa mengalami kejadian istimewa.
Saat sedang berdoa, tiba-tiba Santa Louisa seperti mendapat penglihatan tentang
masa depannya. Dalam penglihatannya itu, Santa Louisa kelak akan menjadi
anggota serikat religius yang bertujuan membantu kaum miskin. Dua tahun
kemudian, suami tercinta meninggal dunia. Ketika suami tercinta meninggal,
Louisa sangat sedih dan terpukul. Susah payah dia berusaha menjalani harinya
yang berat. Hingga suatu saat, Louisa bertemu dengan Santo Vincentius. Louisa
kembali menemukan panggilan hatinya. Setelah membulatkan tekad, Santa Louisa
menemui Santo Vincentius dan mengungkapkan niatnya untuk mengabdi pada kegiatan
kemanusiaan.
(adegan
Santa Louisa berdoa saat Pantekosta. Saat sang suami meninggal, Santa duduk di
samping ranjang suaminya sambil menangis. Narasi terakhir, Santa Louisa dan
Santo Vincentius duduk berhadapan dan bicara serius)
St.
Vincentius : “Apa kamu yakin
akan melakukan ini?”
Louisa :
“Saya yakin. Sebagai manusia, kita harus berani melepas segala sesuatu
untuk
mencapai keabadian dan berjumpa dengan Allah. Itu adalah tujuan
hidup saya. Saya
hanyalah mahkluk yang kecil yang tidak berarti tanpa
Allah. Jika Allah
melupakan saya, walaupun hanya satu detik saja, saya akan
kembali pada
ketiadaan.”
St. Vincentius :
(mengangguk setuju) “Sesungguhnya bila seseorang mengetahui bahwa
mereka sungguh hanya bergantung pada Allah
saja maka mereka mampu
untuk mengumpulkan
hal-hal yang berharga. Kamu juga akan seperti itu,
anakku, jadi
begantunglah selalu hanya pada Allah.”
Louisa :
“Ya, Bapa…”
Narasi : Oleh Santo Vincentius, akhirnya Santa
Louisa ditugaskan untuk berperan aktif dalam kegiatan amal yang diadakan Santo
Vincentius di Perancis. Delapan tahun kemudian, tepatnya tahun 1933, Santa
Louisa kembali ditugaskan untuk mendidik gadis-gadis untuk bisa membantunya
mengurus kegiatan amal. Sekalipun sangat sibuk, Santa Louisa justru sangat
bersyukur dapat mengabdikan dirinya untuk kegiatan social seperti ini.
( Lagu : Senandung
Kasih Bunda )
Part 5
Narasi
: Santa Louisa selalu mengabdikan diri dengan sepenuh hati. Dengan penuh kasih,
dia mendidik gadis-gadis untuk membantunya menjalankan kegiatan kemanusiaan.
Gadis-gadis yang dididiknya, bertambah banyak dari waktu ke waktu. Lama
kelamaan, gadis-gadis anak didik Santa Louisa terbentuk menjadi anggota suatu
tarekat baru, yakni Tarekat Putri-putri Kasih. Di Tarekat ini, Santa Louisa
berperan sebagai pemimpin sekaligus Pembina tarekat. Sama seperti yang
dilakukannya sebelumnya, lewat Tarekat ini, Santa Louisa terus mengulurkan
tangannya untuk membantu orang. Terkadang tak mudah, tapi bagi Santa Louisa,
selalu ada jalan di setiap masalah yang mungkin datang.
(Santa
Louisa duduk dikelilingi gadis-gadis didikannya dan seolah sedang berbicara.
Setelah itu, gadis-gadis itu sibuk bekerja dengan penuh senyum. Tiba-tiba,
seorang gadis tergopoh-gopoh menemui Santa Louisa)
Gadis 1 :
“Suster, kita punya sedikit masalah. Ada donator keras kepala yang ingin
mengatur cara pengelolaan sumbangannya ke
kita. Dia sudah memberi uang
minggu lalu, tapi sekarang dia ingin membeli
pakaian untuk orang-orang
dengan uang hasil sumbangannya. Tidak masuk
akal.”
Louisa :
“Sudahkah kau jelaskan padanya bahwa kita lebih membutuhkan makanan
dan obat daripada
pakaian baru?”
Gadis 1 :
“Sudah, Suster, tapi dia terus berkeras dan berkata akan menarik
sumbangannya kalau kita tidak menurutinya.”
Louisa : “Kalau
begitu biarkan saja, yang penting kita sudah memberitahunya tentang
kebutuhan kita.”
Gadis 1 : “Tapi dia
tidak tahu apa-apa, Suster. Kita jauh lebih tahu, namun
dia jauh lebih keras
kepala.”
Louisa :
(tersenyum menenangkan) “Salah satu cara yang baik untuk menjaga
keseimbangan
dalam mengabdi Tuhan sifat kerendahan hati. Kerendahan
hati
itu adalah pengetahuan tentang kebenaran. Anggaplah bahwa orang lain
itu
lebih daripada kamu. Tuhan lebih menyukai mereka daripada kamu,
maka
berbahagialah kamu dapat melayani orang lain. Kebajikan kerendahan
hati
ini dapat memenangkan hati Tuhan. Apa kamu mengerti?”
Gadis 1 :
(menundukkan kepala dengan malu) “Ya, Suster, saya mengerti. Akan segera
saya urus.”
Louisa :
“Terima kasih, Annette.”
Narasi : Dengan kebijaksanaan Santa Louisa, Tarekat Putri-putri Kasih
semakin berkembang pesat. Gadis-gadis muda yang terpanggil untuk menolong
sesama, berkumpul bersama Santa Louisa dalam Tarekat ini.
(Jumlah orang yang ada di panggung bertambah banyak. Satu gadis
mendekati Santa Louisa dan berbicara)
Suster
2 : “Suster, boleh saya
menyarankan sesuatu?”
Louisa : “Tentu saja boleh. Apa yang
hendak kamu sarankan?”
Suster
2 : “Ini tentang keberadaan
tarekat ini, Suster. Saya dengar, calon suster yang
akan tergabung dengan tarekat kita adalah
anak dari orang terkaya di kota
ini. bagaimana kalau kita meminta sedikit
sumbangan untuk membangun
gedung sehingga orang-orang tahu tentang
tarekat kita?”
Louisa : (tersenyum maklum sambil
menggeleng pelan) “Dalam menjalankan tarekat
ini, yang terpenting adalah kerendahan hati.
Dan sebuah kesederhanaan lahir
dari
sebuah kerendahan hati. Kesederhanaan lahiriah dan batiniah, keduanya
mempunyai
hubungan yang erat dan tidak bisa dipisahkan. Kesederhanaan
lahiriah
akan mencegah mata kita untuk melihat 'kesana-kemari', juga
mencegah
telinga kita mendengar percakapan-percakapan yang berbahaya.
Kesederhanaan
lahiriah mengatur kita dalam semua kata dan tindakan yang
kita lakukan. Sedangkan kesederhanaan batiniah
membuat kita selalu terarah
kepada Tuhan dan menjiwai
pikiran dan ingatan kita untuk selalu
memikirkan Tuhan.
Kesederhanaan batiniah mendorong kemauan kita untuk
mencintai Dia dan
menyenangkan hati Allah. Apa kamu mengerti?”
Suster 2 :
“Ya, Suster, saya mengerti.”
Louisa :
“Bagus, Anakku…”
Narasi : Santa Louisa
tidak pernah berhenti berjuang untuk sesama. Siapapun dia, dari manapun
asalnya, selama membutuhkan bantuan, Santa Louisa tidak pernah segan
mengulurkan tangan. Hingga akhir hayatnya, Santa Louisa terus berjuang melalui
tarekat Putri-putri Kasih. Sekalipun telah meninggal, Santa Louisa telah
menanamkan nilai-nilai luhur yang dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik
bagi manusia.
( Lagu : Era
Harmonis )
THE END