Senin, 17 Februari 2014

CONTOH NASKAH DRAMA SPIRITUALITAS SANTA LOUISA

Santa Louisa de marillac 


Cast :
Santa Louisa de Marillac
Ayah Santa Louisa
Ibu Santa Louisa
Antonius Legras (suami Santa Louisa)
Santo Vincentius a Paolo
Gadis-gadis anggota Tarekat Putri-putri Kasih
Martin
Ibu Martin


Lagu yang digunakan :
  1. Ayahanda Tercinta
  2. Sebutir Nasi
  3. Era Harmonis
  4. Senandung Kasih Bunda
  5. Bunda Paling Mengasihiku


Drama

Part 1

Narasi : Beberapa abad yang lalu, di sebuah rumah di salah satu pelosok Paris, hiduplah sepasang suami istri yang bahagia. Mereka berdua dikaruniai seorang putri yang cantik, yang diberi nama Louisa de Marillac. Mereka bertiga hidup damai dan bahagia, hingga suatu hari, saat Louisa masih berusia 3 tahun, sang ibu meninggal dunia. Kesedihan pun datang pada keluarga itu. Bahkan Louisa yang masih berusia 3 tahun pun bisa merasakannya.

(Adegan sebuah keluarga kecil tertawa bahagia. Dilanjutkan dengan sang ibu terbaring sakit hingga dimakamkan.)

Narasi : Sepeninggal istrinya, sang suami berusaha mengurus Louisa sendiri. Walaupun lelah, sebiasa mungkin sang suami berusaha membuat Louisa tidak kekurangan suatu apapun.

(Adegan sang ayah sibuk membuatkan makanan Louisa, menyuapi, memandikan dll.)

Narasi : Namun sayangnya, apapun yang dilakukan sang ayah, tetap tidak bisa membuat kenyataan berubah. Demi kelangsungan hidup mereka berdua, sang ayah tahu dia harus bekerja dan meninggalkan Louisa di jam-jam kerjanya. Sang ayah resah. Dia terus-terusan berpikir tentang apa yang harus dia lakukan agar Louisa tetap terjamin kebutuhannya walaupun dia bekerja. Setelah berpikir berhari-hari, sang ayah menemukan jawabannya. Dia harus segera menemukan ibu pengganti untuk Louisa. Akhirnya sang ayah menikah dengan seorang janda yang sudah memiliki 4 orang anak.

Ayah   : “Louisa… Kemarilah!”
Louisa : (Louisa yang sedang bermain langsung mendatangi ayahnya dan memeluknya)
Ayah   : “Sayang, mulai hari ini, kamu tidak akan lagi kesepian saat ayah kerja. Mulai hari ini, kamu akan mempunyai ibu baru dan saudara-saudara baru.”
Louisa : “Iya, ayah. Louisa sayang ayah.”
Ayah   : (memeluk Louisa erat) “Ayah juga, sayang. Ayah sayang sekali padamu.”

( Lagu : Ayahanda tercinta )

Narasi : Kehidupan Louisa ternyata tidak membaik usai sang ayah menikah. Sang ibu tiri terlalu sibuk mengurusi anak-anak kandungnya sehingga sama sekali tak punya waktu untuk Louisa.

(Louisa membawa buku cerita pada ibu tirinya. Ibu tirinya mengambil buku itu, mengajak Louisa ke sudut dan membuka buku itu lalu meninggalkan Louisa untuk mengurus anaknya yang lain. Louisa hanya bisa menatap buku dan ibu tirinya bergantian)

Narasi :  Louisa menjalani masa kecilnya dengan penuh kesepian. Bertahun-tahun kemudian, saat Louisa kecil beranjak remaja, Louisa akhirnya dikirim ke asrama. Di asrama, baru Louisa merasakan kehidupan baru yang lebih menenangkan hatinya.


Part 2

Narasi : Santa Louisa mulai merasakan kehidupan di asrama. Setelah beberapa lama, Santa Louisa merasakan adanya panggilan untuk mengabdi, tapi entah kenapa, kesehatan Santa Louisa justru memburuk sehingga terpaksa Santa Louisa memutuskan untuk keluar dari asrama. Beberapa tahun kemudian, Santa Louisa bertemu dengan pemuda bangsawan bernama Antonius Legras. Mereka menikah dan mempunyai seorang anak tepat delapan bulan kemudian. Santa Louisa dan suami merasa sangat bahagia dan merasa sangat terberkati.

(adegan Santa Louisa melahirkan, lalu suami menggendong anak mereka dan memperlihatkannya pada Santa Louisa)

Antonius         : “Lihatlah, anak kita begitu sehat dan lucu.”
Louisa             : (tersenyum bahagia) “Kau benar. Dia sangat tampan.”
Antonius         : “Ini jelas merupakan hadiah terindah untuk kita.”
Louisa             : (tersenyum sambil mengangguk setuju) “Aku merasa sangat terberkati.”
Antonius         : “Aku juga merasa begitu. Dan kita harus berusaha keras untuk mendidik
   hadiah ini, agar kelak dia bisa menjadi berkah bagi orang lain, seperti dia
   menjadi berkah buat kita.”
Louisa             : “Amin… Tuhan memang paling mengasihi kita.”

( Lagu : Bunda Paling Mengasihiku )



Part 3

Narasi : Setelah menikah dan mempunyai anak, Santa Louisa merasakan kebahagiaan yang dalam. Namun dalam kebahagiaannya, Santa Louisa menyadari ada yang kurang sempurna di hatinya. Setelah merenung beberapa saat, Santa Louisa tahu apa yang membuatnya tidak bisa merasakan kebahagiaan secara mutlak. Akhirnya, demi mencapai kebahagiaan mutlaknya, Santa Louisa mengajak sang suami bicara.

Louisa             : “Bolehkah aku meminta sesuatu?”
Antonius         : “Apa itu? Kalau memang aku bisa mengabulkannya, kenapa tidak?”
Louisa             : “Aku ingin terjun langsung dalam menolong orang-orang miskin dan sakit
   yang ada di sekitar kita. Tapi kamu tenang saja, aku janji aku tidak akan
   melupakan tanggung jawabku sebagai istri dan ibu.”
Antonius         : “Apa kamu yakin akan melakukan itu? Itu semua akan menguras waktu dan
   tenagamu.”
Louisa             : “Untuk apa kita hidup kalau tidak bisa berguna bagi sesama. Aku justru akan
   menyia-nyiakan waktu, tenaga bahkan hidupku jika hanya berpangku tangan
   melihat penderitaan di sekitarku.”
Antonius         : “Kalau memang dengan begitu kamu bisa lebih bahagia, lakukanlah.”
Louisa             : “Terima kasih, suamiku.”

(Kedua pasangan suami istri saling tersenyum pengertian)

Narasi : Berbekal restu dari sang suami, Santa Louisa mulai aktif terjun dalam kegiatan-kegiatan amal utamanya untuk mengentas kemiskinan dan membantu orang sakit. Sekalipun pernah terjun langsung dalam kegiatan-kegiatan amal sebelumnya, kehidupan kaum papa selalu mampu membuat Santa Louisa trenyuh. Misalnya saja masalah kelaparan. Kaum miskin yang dibantu Santa Louisa benar-benar kasihan. Untuk makan sehari sekali saja, mereka belum tentu bisa. Memikirkan hal itu membuat Santa Louisa sedih. Sering kali Santa Louisa memikirkan apa yang bisa dilakukannya untuk membantu mereka, bahkan saat Santa Louisa berkumpul dengan anak dan suaminya.

(adegan Santa Louisa sibuk membantu menyiapkan makanan dan sebagainya untuk kaum papa. Saat akan masuk narasi akhir, adegan Santa Louisa menidurkan anak sambil melamun. Tak lama kemudian, Antonius datang dan bicara pada Santa Louisa)

Antonio           : “Apa yang sedang kau pikirkan?”
Louisa             : “Hmm, tidak apa-apa. Aku hanya sedih mengingat banyaknya orang yang
   miskin luar sana. Mereka bahkan tidak punya beras sama sekali untuk
   dimakan. Berbeda sekali dengan keadaan kita. Terkadang, makanan yang
   disajikan untuk kita bahkan tidak termakan habis.”
Antonio           : “Aku mengerti. Tapi yakinlah, kamu sudah melakukan yang terbaik untuk
                           membantu mereka.”
Louisa             : (mengangguk lemah) “Aku bersyukur diberi kesempatan untuk membantu
   mereka. Keadaan mereka semakin membuat mataku terbuka. Mulai hari ini,
   aku akan melarang adanya pembuangan makanan sisa, utamanya nasi.
   Masak secukupnya untuk makan, itu yang paling baik.”

( Lagu : Sebutir Nasi )

Narasi  : Bukan hanya masalah kelaparan yang membuat Santa Louisa trenyuh. Orang-orang sakit yang rata-rata tidak mempunyai biaya berobat, seringkali membuat Santa Louisa menangis dalam hati. Apalagi jika yang sakit adalah anak kecil yang tak berdosa. Seperti Martin, seorang anak berusia 8 tahun, yang menderita penyakit kulit akut, seluruh kulit di tubuhnya rentan mengelupas bila terkena sentuhan. Benar-benar menderita.

Martin : (bicara dengan suara lirih) “Rasanya aku ingin mati saja, Suster. Seluruh tubuhku
  sakit tak tertahan.”
Louisa : “Kamu tidak boleh bicara seperti itu. Sesungguhnya, sakit dan pedih yang
   memaksaku untuk mencari Tuhan. Di dalam penderitaan yang kita alami sebenarnya
   Tuhan meminta kita untuk ambil bagian dalam penderitaan yang dialami oleh
   Putera-Nya, yaitu Tuhan kita, Yesus Kristus.
Martin : “Apa aku masih bisa sembuh, Suster?”
Louisa : “Tuhan dapat dan akan membebaskan kita dari apa pun yang mengancam kita, kalau
   kita sendiri juga merindukannya. Jika kita sendiri menghendakinya, Ia akan
   memberikan banyak cara, yaitu rahmat yang dicurahkan oleh kebaikan-Nya tanpa
   henti-hentinya.”
Martin : (tersenyum lemah) “Aku percaya, Suster.”

Narasi : Santa Louisa sangat percaya pada Tuhan. Dia begitu percaya kalau Tuhan pasti bisa menyembuhkan penyakit anak. Namun saat suatu pagi Santa Louisa mendapat kabar bahwa Martin meninggal, Santa Louisa sadar, Tuhan punya rencana yang lebih baik untuk Martin yang belum berdosa.

(Santa Louisa berjalan seperti biasa saat tiba-tiba seorang gadis membisikinya sesuatu. Saat mendengar berita tersebut, Santa Louisa terkejut, menangis, menyeka air mata lalu buru-buru ke kamar Martin. Di kamar Martin, Martin sudah terbujur kaku di ranjang sementara ibunya memeluk anaknya sambil menangis tersedu)

Ibu       : “Anakku, jangan tinggalkan Ibu…”
Louisa : “Jangan bersedih, Bu, justru berbahagialah karena dia sudah bersatu dengan Allah.
   Kita yang sekarang perlu menyiapkan diri agar layak dan mampu bersatu dengan
   Allah. Perhatikanlah untuk tidak mempercayai diri sendiri dan menyerahkan
   harapan Anda kepada Tuhan lebih-lebih karena Anda tahu Anda lebih cenderung
   berbuat kejahatan daripada kebaikan.”
Ibu       : (memeluk St. Louisa sambil menangis sesegukan)


Part 4

Narasi : Tanpa terasa, hari berganti bulan dan bulan berganti tahun. Santa Louisa semakin giat melayani orang-orang yang membutuhkan bantuannya. Suatu ketika, pada hari Pantekosta, tepatnya tahun 1923, Santa Louisa mengalami kejadian istimewa. Saat sedang berdoa, tiba-tiba Santa Louisa seperti mendapat penglihatan tentang masa depannya. Dalam penglihatannya itu, Santa Louisa kelak akan menjadi anggota serikat religius yang bertujuan membantu kaum miskin. Dua tahun kemudian, suami tercinta meninggal dunia. Ketika suami tercinta meninggal, Louisa sangat sedih dan terpukul. Susah payah dia berusaha menjalani harinya yang berat. Hingga suatu saat, Louisa bertemu dengan Santo Vincentius. Louisa kembali menemukan panggilan hatinya. Setelah membulatkan tekad, Santa Louisa menemui Santo Vincentius dan mengungkapkan niatnya untuk mengabdi pada kegiatan kemanusiaan.

(adegan Santa Louisa berdoa saat Pantekosta. Saat sang suami meninggal, Santa duduk di samping ranjang suaminya sambil menangis. Narasi terakhir, Santa Louisa dan Santo Vincentius duduk berhadapan dan bicara serius)

St. Vincentius             : “Apa kamu yakin akan melakukan ini?”
Louisa             : “Saya yakin. Sebagai manusia, kita harus berani melepas segala sesuatu
   untuk mencapai keabadian dan berjumpa dengan Allah. Itu adalah tujuan
   hidup saya. Saya hanyalah mahkluk yang kecil yang tidak berarti tanpa
   Allah. Jika Allah melupakan saya, walaupun hanya satu detik saja, saya akan
   kembali pada ketiadaan.”
St. Vincentius : (mengangguk setuju) “Sesungguhnya bila seseorang mengetahui bahwa
                           mereka sungguh hanya bergantung pada Allah saja maka mereka mampu
   untuk mengumpulkan hal-hal yang berharga. Kamu juga akan seperti itu,
   anakku, jadi begantunglah selalu hanya pada Allah.”
Louisa             : “Ya, Bapa…”

Narasi : Oleh Santo Vincentius, akhirnya Santa Louisa ditugaskan untuk berperan aktif dalam kegiatan amal yang diadakan Santo Vincentius di Perancis. Delapan tahun kemudian, tepatnya tahun 1933, Santa Louisa kembali ditugaskan untuk mendidik gadis-gadis untuk bisa membantunya mengurus kegiatan amal. Sekalipun sangat sibuk, Santa Louisa justru sangat bersyukur dapat mengabdikan dirinya untuk kegiatan social seperti ini.

( Lagu : Senandung Kasih Bunda )


Part 5

Narasi : Santa Louisa selalu mengabdikan diri dengan sepenuh hati. Dengan penuh kasih, dia mendidik gadis-gadis untuk membantunya menjalankan kegiatan kemanusiaan. Gadis-gadis yang dididiknya, bertambah banyak dari waktu ke waktu. Lama kelamaan, gadis-gadis anak didik Santa Louisa terbentuk menjadi anggota suatu tarekat baru, yakni Tarekat Putri-putri Kasih. Di Tarekat ini, Santa Louisa berperan sebagai pemimpin sekaligus Pembina tarekat. Sama seperti yang dilakukannya sebelumnya, lewat Tarekat ini, Santa Louisa terus mengulurkan tangannya untuk membantu orang. Terkadang tak mudah, tapi bagi Santa Louisa, selalu ada jalan di setiap masalah yang mungkin datang.

(Santa Louisa duduk dikelilingi gadis-gadis didikannya dan seolah sedang berbicara. Setelah itu, gadis-gadis itu sibuk bekerja dengan penuh senyum. Tiba-tiba, seorang gadis tergopoh-gopoh menemui Santa Louisa)

Gadis 1            : “Suster, kita punya sedikit masalah. Ada donator keras kepala yang ingin
   mengatur cara pengelolaan sumbangannya ke kita. Dia sudah memberi uang
   minggu lalu, tapi sekarang dia ingin membeli pakaian untuk orang-orang
   dengan uang hasil sumbangannya. Tidak masuk akal.”
Louisa             : “Sudahkah kau jelaskan padanya bahwa kita lebih membutuhkan makanan
   dan obat daripada pakaian baru?”
Gadis 1            : “Sudah, Suster, tapi dia terus berkeras dan berkata akan menarik
                           sumbangannya kalau kita tidak menurutinya.”
Louisa             : “Kalau begitu biarkan saja, yang penting kita sudah memberitahunya tentang
   kebutuhan kita.”
Gadis 1            : “Tapi dia tidak tahu apa-apa, Suster. Kita jauh lebih tahu, namun
   dia jauh lebih keras kepala.”
Louisa             : (tersenyum menenangkan) “Salah satu cara yang baik untuk menjaga
   keseimbangan dalam mengabdi Tuhan sifat kerendahan hati. Kerendahan
   hati itu adalah pengetahuan tentang kebenaran. Anggaplah bahwa orang lain
   itu lebih daripada kamu. Tuhan lebih menyukai mereka daripada kamu,
   maka berbahagialah kamu dapat melayani orang lain. Kebajikan kerendahan  
   hati ini dapat memenangkan hati Tuhan. Apa kamu mengerti?”
Gadis 1            : (menundukkan kepala dengan malu) “Ya, Suster, saya mengerti. Akan segera 
   saya urus.”
Louisa             : “Terima kasih, Annette.”

Narasi : Dengan kebijaksanaan Santa Louisa, Tarekat Putri-putri Kasih semakin berkembang pesat. Gadis-gadis muda yang terpanggil untuk menolong sesama, berkumpul bersama Santa Louisa dalam Tarekat ini.

(Jumlah orang yang ada di panggung bertambah banyak. Satu gadis mendekati Santa Louisa dan berbicara)

Suster 2           : “Suster, boleh saya menyarankan sesuatu?”
Louisa             : “Tentu saja boleh. Apa yang hendak kamu sarankan?”
Suster 2           : “Ini tentang keberadaan tarekat ini, Suster. Saya dengar, calon suster yang
   akan tergabung dengan tarekat kita adalah anak dari orang terkaya di kota
   ini. bagaimana kalau kita meminta sedikit sumbangan untuk membangun
   gedung sehingga orang-orang tahu tentang tarekat kita?”
Louisa             : (tersenyum maklum sambil menggeleng pelan) “Dalam menjalankan tarekat
   ini, yang terpenting adalah kerendahan hati. Dan sebuah kesederhanaan lahir
   dari sebuah kerendahan hati. Kesederhanaan lahiriah dan batiniah, keduanya
   mempunyai hubungan yang erat dan tidak bisa dipisahkan. Kesederhanaan
   lahiriah akan mencegah mata kita untuk melihat 'kesana-kemari', juga
   mencegah telinga kita mendengar percakapan-percakapan yang berbahaya.
   Kesederhanaan lahiriah mengatur kita dalam semua kata dan tindakan yang
   kita lakukan. Sedangkan kesederhanaan batiniah membuat kita selalu terarah
   kepada Tuhan dan menjiwai pikiran dan ingatan kita untuk selalu
   memikirkan Tuhan. Kesederhanaan batiniah mendorong kemauan kita untuk
   mencintai Dia dan menyenangkan hati Allah. Apa kamu mengerti?”
Suster 2           : “Ya, Suster, saya mengerti.”
Louisa             : “Bagus, Anakku…”

Narasi : Santa Louisa tidak pernah berhenti berjuang untuk sesama. Siapapun dia, dari manapun asalnya, selama membutuhkan bantuan, Santa Louisa tidak pernah segan mengulurkan tangan. Hingga akhir hayatnya, Santa Louisa terus berjuang melalui tarekat Putri-putri Kasih. Sekalipun telah meninggal, Santa Louisa telah menanamkan nilai-nilai luhur yang dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi manusia.

( Lagu : Era Harmonis )




THE END

Tidak ada komentar: